Mengulas Tentang Resep Masakan, Resep Pengobatan dan Informasi Lainnya

Lha, Antum Kan Satu Akidah? Antar Mujazimah Saling Mengkafirkan

Mereka sama-sama meyakini "Trinitas Tauhid" yaitu membagi Tauhid menjadi 3 Kategori yakni Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma’ was-Sifat. Trinitas Tauhid ini diajarkan oleh Syekh Ibnu Taimiyah dan dibesar-besarkan oleh pengikutnya.



Saya akan membahas mengenai mengimani "Asma’ was-Sifat". Karena, menurut mereka, segala sesuatu yang menjelaskan diri Alloh, menjelaskan Zat-nya, maka wajib diimani tanpa bertanya, "Seperti Apa dan Bagaimana?" (Ucapan cuci tangan dari lumpur kekotoran - tidak tanggungjawab)



Mereka sama-sama mengimani "Asma Wa Sifat" sebagai bentuk keimanan pada Allah. Termasuk mengimani bahwa Allah berada di atas Arsy, Allah punya tangan, Allah punya betis, Allah punya mulut dan tertawa, dan sebagainya.



Ketika itu saya sedang berdialog dengan orang Salapi atau golongan Ahlus-sunnat. Tentu, saya memancing dengan beberapa pendapat milik orang Salapi lain, tentunya yang seakidah dengan orang yang sedang berdialog dengan saya.



Bentuk dialog saya buat berbeda, namun intinya adalah menunjukkan perbedaan antara Salapi dengan Salapi lainnya. Berikut hasil dialognya:



Saya bertanya: "Apakah setuju bahwa Allah memiliki bentuk seperti manusia? Apakah setuju, bila Allah berkehendak, Alloh turun ke bumi dengan naik nyamuk? Apakah setuju Allah memiliki batasan bentuk?"



Orang Salap menjawab: "Ngawur itu! Mana dalilnya?"



Padahal saya sudah menyertakan dalil yang berasal dari Hadis Al-Baihaqi, tentang mimpi Nabi seputar Allah. Waktu itu saya sedang membahas bahwa "Allah Tidak Maha Besar" (ucapan jebakan) yang kemudian dibantah orang tersebut bahwa Allah Maha besar. Kemudian saya menyertakan dalil tentang mimpi Nabi SAW bahwa Allah seperti manusia berambut kriting. Saya pun menyertakan pendapat Ibnu Taimiyah bahwa jika Allah berkehendak maka bisa saja turun ke langit dunia dengan menaiki nyamuk dan pendapat bahwa Allah memiliki batasan bentuk. Dalil ini menggambarkan bahwa Allah tidak Maha Besar. Jelas, saya dan dia menolaknya.



Namun, kenapa bertanya, "Mana dalilnya?" Padahal saya sudah menjelaskan hadis soheh dari Al-Baihaqi bahwa Allah seperti manusia berambut kriting dan terbang di atas nyamuk dengan kehendaknya.



Berikut adalah terjemahan hadist soheh Imam Muslim, Imam Al-Baihaqi dan ucapan Ibnu Taimiyah, terlepas apakah benar atau tidak terjemahannya:




1. Nabi Muhammad Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam As berdasarkan bentuk-Nya!”. (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim).



2. Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Qatadah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas Ra yang berkata Rasulullah Saw bersabda: “Aku melihat Tuhan-ku (Allah Ta’ala) dalam bentuk pemuda ‘Amrad berambut keriting dengan pakaian berwarna hijau”. (Hadits Shahih Riwayat Al-Baihaqi didalam Asmaa’ Was Shifaat no 938; Riwayat Ibnu Adiy dalam Al-Kamil 2/260-261; Riwayat Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad 13/55).



3. Ibnu Bathutah pernah bercerita: “Saya pernah menghadiri ceramahnya (ceramah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rhm) pada hari Jum’at ketika beliau sedang memberi pelajaran di hadapan umum di atas mimbar Jami’. Banyak pelajaran yang disampaikannya saat itu, diantaranya beliau berkata: ‘Sesungguhnya Allah turun ke langit dunya serupa dengan turunnya saya ini!’. Kemudian beliau (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rhm) turun satu tingkat di jenjang mimbar!”. (Ibnu Bathutah didalam Rihlahnya hal. 112-113).



4. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rhm berkata: “Sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki batasan (bentuk) dan tidak ada yang mengetahui bentuk-Nya kecuali Dia sendiri. Demikian pula tempat-Nya memiliki batasan (bentuk), yaitu bahwa Allah Ta’ala berada di atas ‘arsy (Singgasana Allah yang terletak di atas langit yang ketujuh) di atas seluruh lapisan langit. Maka keduanya ini (Allah dan tempat-Nya) memiliki bentuk dan batasan!”. (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rhm didalam Muwafaqat Sharih Al-Ma’qul, j. 2, h. 29).



5. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -Rahimahumullah- berkata: “Semua manusia, baik dari orang-orang kafir maupun orang-orang mukmin telah sepakat bahwa Allah Ta’ala bertempat di langit, dan bahwa Dia diliputi dan dibatasi oleh langit tersebut, kecuali pendapat al-Marisi dan para pengikutnya yang sesat. Bahkan anak-anak kecil yang belum mencapai umur baligh apabila mereka bersedih karena tertimpa sesuatu maka mereka akan mengangkat tangan ke arah atas berdoa kepada Tuhan mereka yang berada di langit, tidak kepada apapun selain langit tersebut. Setiap orang lebih tahu tentang Allah dan tempat-Nya dibanding orang-orang Jahmiyyah”. (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rhm didalam Muwafaqat Sharih al-Ma’qul, j. 2, h. 29-30).



6. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rhm berkata: “Jika Allah berkehendak, pastilah Dia bersemayaam di atas punggung seekor nyamuk lalu ia terbang membawa-Nya dengan kekuasan dan kelembutan pengaturan-Nya!”. (Kitab At-Ta’sîs Fi Ar-Raddi ‘Alâ Asaas At-Taqdîs: 1/568. Kitab Asaas At-Taqdîs adalah karya Imam Fakhruddîn Ar-Razi Rhm, seorang ulama Ahlussunnah wal Jama’ah).



7. Dan masih banyak lagi bahwa itulah Allah, seperti manusia, menurut mereka.



Orang tersebut menolak zat Allah yang seperti ini (seperti manusia) padahal pendapat ini pun dibenarkan oleh kaum salafi lainnya. Akidahnya sama, namun kenapa tidak meyakini bahwa Allah seperti manusia berambut kriting dan terbang diatas nyamuk? Bukankah segala hal yang membahas zat Allah harus diimani karena memang menganut Trinitas Tauhid? Tetapi kenapa ada perbedaan yang sangat prinsip?



Apa jadinya, bila antar golongan yang mengaku "Salap" berhadap-hadapan dan mengemukakan pendapanya tentang hadis soheh dari Imam Al-Baihaqi bahwa Allah seperti manusia dan lainnya yang dianggap bertentangan. Apakah akan saling membid'ahkan bahkan mengkafirkan karena memang pembahasan yang prinsip, tidak boleh berbeda.



Memang, dalam hal akidah ada yang dianggap "Ushul Akidah" dan "Furu Akidah" menurut Buya Yahya (Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon, Penceramah di MNCTV, Klik disini). Dalam furu, bisa saja berbeda. Namun, bila menyangkut "Tauhid Trinitas", dalam hal mengimani seluruh Sifat dan Nama Allah maka tidak boleh ada pertentangan. Bila memang terjadi pertentangan, siapa yang disebut "Kafir?" Karena menurut mereka, konon, bila tidak mengimani seluruh sifat dan nama Allah akan disebut "Kafir". Karena itulah, kaum Asya'ri dianggap kaum yang kafir karena tidak mengimani Allah punya tangan dan lainnya yang berkaitan zat Allah.
Share:

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.