Ucapan "Jangan Mengkaim Diri Paling Benar atau Benar" adalah ucapan yang sering didengar untuk (seolah) menetlarisir pertentangan. Namun apa kesimpulan dari ucapan itu? Kesimpulannya adalah "Semua itu benar". Lah, ketahuan sekali bahwa orang yang mengucapkan kalimat tadi pun sudah membuat "Klaim Pembenaran Baru". Tidak sadar ya? Belajar lagi deh (ucapan khas orang-orang menggoblokkan orang lain di sosial media dan lainnya).
Kebenaran Tepung + Kebenaran Telur + Kebenaran Syuran = Kebenaran Martabak Telur. Inilah kebenaran orang yang sering dengan mudah mengucapkan "Jangan Mengkaim Diri Paling Benar atau Benar"
Ahli Sunnah Wal Jama'ah cukup mentolerir dalam hal perbedaan, namun tidak kebablasan. Titik tekannya adalah, selagi berpedoman pada "4 Madzhab Besar", maka perbedaan itu dianggap benar. Namun bila perbedaannya itu atas nama "Anti Khalifah Madzhab 4", itu akan lain.
Contoh:
Madzhab Khalifah Malik: Tidak membaca basmalah dalam Fatehah
Madzhab Khalifah Safi'i: Wajib membaca basmalah dalam Fatehah
Keduanya sama-sama benar, karena masing-masing mengikuti imam (khalifah) madzhab. Walau kedua-duanya sama-sama benar, tidak benar berpindah-pindah dalam maksud "Mencari keringanan" tanpa hajat yang penting.
Namun berbeda bila seseorang tidak bermadzhab dari salah satu "4 Madzhab", bahkan menganggap bermadzhab adalah perbuatan bid'ah. Mereka yang tidak memakai madzhab, akan membuat hukum dengan sistem "Perbandingan Madzhab". Inilah, sumber "Klaim Pembenaran" yang membuat kebenaran lain dianggap salah sampai derajat "Bid'ah". Golongan anti madzab 4 inilah "kaum modernis".
Jadi akhirnya:
Tidak membaca basmalah dalam Fatehah: Sunnah
Wajib membaca basmalah dalam Fatehah: Bid'ah
Jadi ada dua:
- Ektrimis Pluralis Kebenaran (Liberal)
- Ektrimis Depluralis Kebenaran (Radikal)
No comments:
Post a Comment