Mengulas Tentang Resep Masakan, Resep Pengobatan dan Informasi Lainnya

Edisi Isro Mi'roj - Allah Berbicara: Apakah Pakai Mulut, Suara dan Kosakata?

Membahas Isro Mi'Roj, banyak sekali ujian keimanan kita pada Alloh. Bila membahas Isro Mi'Roj, maka akan berkaitan dengan naiknya Allah ke langit. Dalam spekulasi pikiran, ada saja yang menduga bahwa jasad Nabi dirubah menjadi badan cahaya karena alasan konyol: "Nanti Hancur". Tentu hal ini tidak dibenarkan sesuai makna kemuliaan Nabi SAW dan keajaiban Mukjizat. Padahal, secara teori "Lubang Cacing", jasad Nabi bisa menembus langit, menempus batas alam tanpa berubah diri menjadi cahaya.

Dalam hal Isro Mi'Roj yang lainnya adalah mengenai Nabi Muhammad bertempat di mana bersama Allah berbicara, dan bolak-balik mengajukknan pengurangan jumlah solat. Dalam hal keyakinan, tentu ini akan menguatkan akidah mereka yang berkata bahwa Allah bertempat di singgasana Allah. Tentu ini akidah yang berbahaya, karena efeknya akan membuat berbagai "Hukum Kemakhlukan".

Dalam hal ini tentu akan membahas mengenai "Allah berbicara" saat Nabi SAW melakukan Isro Mi'Roj. Berikut, saya mengutip pendapat Buya Yahya:

"Di saat Nabi Muhammad SAW dimi’rojkan oleh Alloh SWT (diangkat keatas langit ketujuh). Disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW berbicara langsung dengan Alloh SWT. Yang harus dipahami bahwa menurut jumhur ulama bahwa Nabi Muhammad SAW di saat itu tidak melihat Alloh dengan mata kepala beliau, akan tetapi beliau melihat Alloh SWT dengan mata hatinya."

"Dan memang benar Alloh berbicara dengan Nabi Muhammad adalah dengan hakikat berbicara yang hanya Alloh dan Rasululloh-lah yang tahu caranya."

"Akan tetapi yang harus kita ketahui bahwa di saat Nabi Muhammad berbicara dengan Alloh bukan berarti Nabi harus melihat dengan mata kepala beliau, ini yang harus kita yakini. Memang ada sebagian para ulama yang mengatakan Nabi Muhammad melihat dengan mata kepala beliau seperti pendapat yang di nukil dari Imam an-Nawawi, Imam Qodi’iyadh dan Imam al-Farro’. Akan tetapi para pakar aqidah Ahlisunnah waljamaah (Asy'ariyah, red) menjelaskan bahwasanya pendapat itu adalah pendapat lemah."

Oleh: Buya Yahya, Penceramah di MNCTV di setiap senin pagi, pengasuh LPD Al-Bahjah, dengan Fanspage "Buya Yahya"


Catatan Saya:

Tidaklah aneh ketika Allah berbicara (berfirman) pada makhluknya, karena Al-Qur'an pun diturunkan ada yang secara langsung, tanpa perantara malaikat Jibril. Walau demikian, Ahlisunnah waljamaah (Asy'ariyah - soalnya ada Ahlisunnah waljamaah Sa-wah), meyakini bahwa Allah tidak terikat bentuk (punya kerangka jasad seperti makhluk, lebih tepatnya manusia). Bila tidak terikat bentuk, maka keyakinan yang diperoleh adalah "Allah berbicara hanya Alloh dan Rasululloh-lah yang tahu caranya".

Di sinilah kita menyerahkan makna "Allah Berbicara" kepada Alloh.

Bukan malah seperti akidahnya kaum mujassimah yang menganggap Allah terikat bentuk, dan mengerikan. Bahkan menganggap "enteng" (menganggap biasa bahwa Allah terikat hukum kemakhlukan) dan "ora yambuh" (tidak peduli: ucapan khasnya "tidak bertanya seperti apa dan bagaimana") yaitu:

1. Allah Ta’ala mempunyai wajah!:

Bila punya wajah, tanpa mikir dan bagaimana dan seperti apa, otomatis akan meyakini Allah punya mulut. Dan kenyataan memang,

2. Allah Ta’ala juga bisa tertawa!

Bagaimana pun tanpa bertanya bagaimana dan seperti apa, kalau sudah membahas Allah benar-benar tertawa, maka akan mengartikan Allah "bersuara". Bukankah tertawa adalah mengeluarkan "suara"? Apa tidak boleh mengartikan "bagaimana dan seperti apa tertawa"? sedangkan tertawa sendiri adalah tradisi makhluk sehingga sudah lumbrah (lazim) tanpa pendalaman pemikiran. Otomatis, sudah menjadi kebiasaan, tertawa ya lewat mulut.

Berikut kutipan terjemahan dari golongan Mujassimah:

... Dalam riwayat lain disebutkan: “Maka Ibnu Mas’ud Ra pun tertawa, lalu berkata: ‘Apakah kalian tidak bertanya kepadaku mengapa aku tertawa?’ Mereka menjawab: ‘Mengapa engkau tertawa?’. Beliau menjawab: ‘Demikian itulah tertawanya Rasulullah Saw. Ketika itu mereka (para shahabat) bertanya: ‘Mengapa anda tertawa, wahai Rasulullah?’. ‘Disebabkan tertawanya Tuhan semesta ‘alam tatkala orang itu berkata: ‘Apakah Engkau mengejekku, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta ‘alam?’. Lalu Allah berfirman: ‘Aku tidak sedang mengejekmu. Akan tetapi Aku Maha kuasa melakukan segala sesuatu yang Aku kehendaki’.’”. (Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim, lihat Syarah Muslim [2/314-315]).

PERHATIAN: Hadist ini dan hadist lainnya yang saya tulis adalah hadist "mentah", diterjemahkan oleh orang-orang MUjassimah. Jadi, jangan telan mentah-mentah hadist ini walau dalam riwayat "Shahih".

Bila Alloh tertawa, maka pikirannya langsung bahwa Allah seperti manusia. Dan memang mereka meyakini bahwa,

3. Allah Ta’ala memiliki fisik sebagaimana manusia!

Jelaslah bahwa "tanpa bertanya seperti apa dan bagaimana", nyatanya Allah seperti manusia menurut mereka, kaum mujasimah. Sehingga berbicaranya Allah, bisa jadi mirip dengan berbicaranya manusia. Maka bila begitu,

4. Allah berbicara dengan "Pakai Mulut, Suara dan Kosakata

Kesimpulan: Allah berbicara dengan "Pakai Mulut, Suara dan Kosakata" menurut mereka, tanpa bertanya seperti apa dan bagaimana. Faktanya, mereka pun meyakini bahwa Al-Qur'an baik bunyi dan hurufnya adalah kalam Allah. Padahal, kalam Allah (Bicara Allah) tidak bersuara, tidak berhuruf dan tidak seperti umumnya pembicaraan makhluk.



Baca: Lha, Antum Kan Satu Akidah? Antar Mujazimah Saling Mengkafirkan
Share:

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.