Mengulas Tentang Resep Masakan, Resep Pengobatan dan Informasi Lainnya

Kenapa NU Gak Mau Bersatu Dengan Salafi (Wahabi)?

Kenapa NU Gak Mau Bersatu Dengan Salafi (Wahabi)? 

Kenapa NU Gak Mau Bersatu Dengan Salafi (Wahabi)?
"Kenapa NU Gak Mau Bersatu Dengan Salafi (Wahabi)?" - Kok Bertanya, Lupa Sejarah Ya. Sebenarnya, "Pembuka Pintu" persatuan sebenarnya ada di tangan "Salafi". Orang NU (perwakilan Aswaja) sudah mengasih kunci untuk membuka pintu persatuan, namun tetap saja selalu dibuang kuncinya oleh mereka, tidak dibuka-buka pintunya. Sudah bertahun-tahun, di Indonesia, orang Salafi tidak mau membuka pintu persatuan. Sampai sekarang, dan sekarang malah makin menjadi dengan (seolah) membuat pertanyaan, "Kenapa NU Tidak Mau Bersatu?" Lah, antum lupa sejarah atau memutarbalikkan sejarah?

Yang jadi Kiai NU, Ustad NU, mohon lah jangan mengaburkan pembahasan dan seolah yang membuat ketidakbesatuan adalah kaum NU. Mereka banyak mengutip ucapan-ucapan Kiai, Ustad untuk menguatkan mereka. Padahal fakta di lapangan ada, dan banyak kasus "Pembid'ahan dan Pengkafiran" - tanpa perlu menjelaskan dan mencap bahwa itu kaum wahabi/salafi - terhadap ajaran kaum NU. Jelas, inti penentangan dari kaum NU adalah ajarannya bukan nama atau merek. Kebetulan yang bersiulan adalah kaum wahabi. Kalau bukan wahabi, terus siapa? Syiah? Syiah jelas masuk dalam daftar kaum "lawan", sama seperti wahabi.

Silahkan cek perbandingan antara NU (Pro Bid'ah Khasanah) dan Salafi (Anti Bid'ah Khasanah):

NU:
1. Kaum Ta'wil (memalingkan makna) Silahkan - Kaum Tafwid (penyerahan makna) Silahkan = Khilafiah
2. Tahlilan Silahkan - Tidak Tahlilan Silahkan = Khilafiah
3. Mauludan Silahkan - Tidak Maulidan Silahkan = Khilafiah
4. Tawasullan Silahkan - Tidak Tawasullan Silahkan = Khilafiah
5. Tabarukkan Silahkan - Tidak Tabarukkan Silahkan = Khilafiah
6. Bermadzhab Silahkan - Tidak Bermadzhab Silahkan = Asal Jangan Jadi Sumber Perpecahan
7. dll

Salafi-Wahabi:
1. Kaum Ta'wil (memalingkan makna) Bid'ah - Kaum Tafwid (penyerahan makna tapi embel-embel pemakhlukan) Haq = Anti Khilafiah
2. Tahlilan Bid'ah - Tidak Tahlilan Haq = Anti Khilafiah
3. Mauludan Bid'ah - Tidak Maulidan Haq = Anti Khilafiah
4. Tawasullan Syirik - Tidak Tawasullan Haq = Anti Khilafiah
5. Tabarukkan Syirik - Tidak Tabarukkan Haq = Anti Khilafiah
6. Bermadzhab Haram, Bahkan Bid'ah - Tidak Bermadzhab Haq = Malah Menjadi Sumber Perpecahan
7. dll

Apakah ini perbedaan untuk membangun persatuan? Apakah ini? Enak saja, kita menganggap dengan mereka hanya perbedaan furuiyah (cabang) tetapi mereka menganggapp perbedaan furuiyah ada furu yang dianggap bid'ah. Karena faktanya, dalam lapangan mereka membuat kegaduhan di tengah masyarakat, membuat fitnah yang tidak-tidak, umat seperti harus saling beradu.

Sadarkah wahai kaum yang mempertanyakan "Kenapa NU Tidak Mau Bersatu Dengan Salafi?" Sadarkah? Antum sendiri yang membuang kunci pembuka pintu persatuan. Antum sendiri yang membid'ahkan sebagian besar amalan NU. Antum sendiri yang menyesatkan atau bahkan mengkafirkan ajaran Asy'ariyah. Kenapa antum seolah seperti orang yang baru lahir, orang yang tidak tahu apa-apa? Apakah ini TRIK BARU untuk memuluskan ajaran antum-antum?
Share:

Ektrimis Kaum Anti Islam Indonesia - Teks Dalam Tempurung Kaum Modernis

Ektrimis Kaum Anti Islam Indonesia - Teks Dalam Tempurung Kaum Modernis

Ektrimis Kaum Anti Islam Indonesia - Teks Dalam Tempurung Kaum Modernis - Kaum modernis ada berbagai macam aliran dan organisasi. Baik kaum modernis aliran liberal atau modernis aliaran radikal. Berbagai macam kaum modernis, namun pada intinya adalah "Anti Tradisi Bermadzhab 4". Namun, kaum modernis yang dimaksusd lebih kepada kaum "Tekstualis", yang bersifat tertutup, anti pluralis kebenaran dan cenderung radikal.

Bermula dari "Anti Madzhab 4". Menurut mereka tradisi bermadzhab adalah tradisi "jumud". Mereka tidak sadar, bahwa kejumudan itu datang ketika menganut "Anti Madzhab". Kenapa jumud? Karena tidak mengenal toleransi kebenaran, bersifat tertutup. Karena yang mengajarkan toleransi kebenaran adalah "Imam 4 Madzhab". Dan toleransi ini diwariskan kepada murid-muridnya, sampai sekarang. Sudah maklum adanya, menjadi tradisi, dimana mayoritas bermadzhab Syafi'i, maka yang bermadzhab Malik akan menghormati mereka dan lebih memilih untuk tidak membuat perubahan, begitu sebaliknya.

Namun berbeda, gara-gara kaum modernis datang ke Indonesia, di mana mayoritas itu adalah Safi'iyah, kaum modernis yang berjumlah minimal mencoba untuk membuat perubahan dan cenderung radikal. Setiap masjid, harus dikuasai. Kalau masjid tidak dikuasai kaum modernis, maka batallah solat berjama'ah dibelakang orang yang bermadzhab. Karena menurut mereka, bermadzhab adalah bid'ah dan haram berjama'ah dengan orang ahli bid'ah. Ahli bid'ah itu bangkai yang hidup, tidak ada nilainya.

Karena Imam madzhab mengajarkan kebolehan:
- Tradisi Tawasullan
- Tradisi Maulidan
- Tradisi Tabarukkan
- Tradisi Membuat Hal Baru yang Baik
- Tradisi Tahlilan (Trasnfer pahala)
- dll

Menurut mereka, tradisi-tradisi Islam yang subur di Indonesia akibat pengaruh imam madzhab, dianggap bid'ah dan mengajarkan syirik.

Imbasnya, segala yang berbau tradisi, khususnya tradisi di Indonesia dalam Islam, langsung alergi dan dianggapnya penyakit dalam agama Islam.  Tragisnya, mereka yang alergi tradisi seperti belum memahami makna tradisi dan budaya. Seolah tidak ada tradisi dalam Islam padahal Islam sebagai ajaran tradisi juga. Islam mengajarkan untuk mempertahankan tradisi "Hubungan Ketuhanan dan Hubungan Kemanusiaan (baik yang masih hidup atau mati)". Adapun variasi tradisinya bisa saja berbeda-beda. Termasuk tradisi bermadzhab.

Secara otomatis, mereka anti Islam Indonesia, Islam yang dibingkai tradisi-tradisi khas Indonesia yang tetap pada jalur Ahlussunnah Wal Jama'ah.

Secara kajian ilmiah, siapa yang berotak jumud, beku, statis dalam berpikir? Kaum modernis yang anti madzhab atau kaum bermadzhab yang modernis?
Share:

Resiko Jadi Wanita Cantik - Susah Tenang dan Bikin Bodoh

Ini era dimana dunia pacaran merajalela. Ketika wanita cantik berbaur dalam dunia yang didalamnya menjalankan aktifitas pacaran, maka kehidupan si wanita cantik harus siap "Digoda". Jelas, kata "digoda" bukan kata yang sepertinya tidak disetujui para wanita. Namun faktanya, dengan moto pria "Kalau cinta harus dipejuangkan karena siapa cepat dia dapat", maka si wanita akan mengalami ketidaktengan dalam hidup, diganggu terus, digoda terus. Jelas tidak tenang.

Siapa sih pria yang tidak mau memiliki atau berteman dengan wanita cantik? Wanita cantik ibaratnya adalah gula, maka akan berdatangan para penghisap gula. Wanita cantik selalu menjadi bahan rebutan. Setiap hari selalu datang orang-orang yang sekedar "Hai, jalan yuk" atau sebagai "usaha pemikat hati".

Bila tidak memutuskan siapa pacarnya, maka akan menjadi bahan rebutan dengan disertai ucapan menyakitkan, "Dasar sok jual mahal", "Berapa sih harga lu? Gue bayar?" "Cantik segitu saja, sombong.". Akhirnya, putuskan 1 pacar.

Namun, apakah masalah selesai? Tidak!

Siapa sih yang tidak percaya, "Kalau janur kuning belum melengkung, semua berhak untuk berharap?" Ya, kali saja si wanita cantik putus dengan pacarnya sehingga peluang rebutan dibuka kembali. Peluang untuk merebut pun sudah menjadi hal "Permainan Asyik". Sehingga, sembari menunggu jomblo, ya si pria melakuan aksi pemutusan hubungan secara halus. Sah dong? Pacaran kan haram? Kok pake dilarang merebut?

Resiko pacaran yang sudah dilakukan sejak dini, sejak masih remaja, tentu sering mengalami berbagai kejadian "putus pacaran". Dan terus berulang sampai dewasa, sudah mengalami banyak kejadian "putus pacaran". Berbagai perasaan buruk sudah tertampung penuh di hati dan pikiran. Artinya, bisa dilihat bahwa inilah resiko jadi orang cantik: Tidak tenang dengan kehidupan dan pergaulannya.

Tentu, resiko lain lagi adalah bisa bikin bodoh. Kenapa bikin bodoh? Ya elah, tiap hari dari sejak remaja sampai dewasa kerjanya pacaran melulu, cinta-cintataan melulu. Gimana gak bikin bodoh? Pacaran itu membuat seseorang mudah stres, ketimbang pertemanan. Bila mudah stress, vitalitas otak bisa menurun. Pantas, rata-rata wanita cantik itu bodoh.
Share:

Ektrimis Kaum Islam Indonesia - 'Itu Mah Bermain Sukuisme

Mengatasnamakan Islam Indonesia, jangan ektrim lah. Sampai berkata pada orang ahli jubah, imamah, ahli jenggot, ahli cadar, "Lah, kok Islam Arab?" Lah, siapa yang mengatakan Islam Arab? Ente sendiri kan? Jadi ente bermain Sukuisme. Orang Arab yang kental dengan ke-suku-annya, yang membedakan suku, tidak pernah berkata, "Anta Islamulindunnisi, Ana Islamularobi"

Memang ada yang salah dengan tampilan yang mirip Sayidina Nabi SAW dan Sayidah Fatimah? Lah, seorang mengucapkan, "Kok Islam Arab?" seolah ucapan yang benar padahal itu ucapan membeda-bedakan suku, negara. Padahal Islam, ya Islam Nabi SAW.

Cuma dalam pengembangan tradisi, ada amalan-amalan tertentu seperti yang sudah umum dilakukan. Tradisi dalam kelahiran, tradisi dalam pernikahan, tradisi dalam acara haul, tradisi dalam merayakan hari besar, dan sebagainya, memang ada perbedaan antara Indonesia dan Arab. Inilah yang disebut "Islam Indonesia". Islam yang memiliki tradisi-tradisi khas Indonesia sesuai pedoman "Ahlussunnah Wal Jama'ah".

Lebih jelas lagi, maksud Islam Indonesia adalah Muslim Indonesia yang mengamalkan ajaran keislaman khas lokal, menurut Kiai Ali (Imam Besar masjid Istiqlal, Pejuang Aswaja Indonesia).

Jadi bukan membeda-bedakan dalam segala hal dan membuat alergi yang berbau Arab. Kalau sudah ektrim, ya sudah berarti "Sukuisme". Nanti kata orang Arabnya, "La Islam Anta, Anta Min Indunisia..."

Arab memang bukan Islam tetapi Islam berasal dari Arab karena Nabi SAW adalah orang Arab. Jadi bukan arabisme tetapi muhammadisme. Tidak mau dianggap muhammadisme? Maunya apa? Yesusisme? Itu kan Yesus, Bukan Isa AS. Isa AS nabinya orang Islam bukan nabinya orang Kristen.

Dengan adanya orang-orang "Alergi Arab", kita patut pertanyakan tujuan mereka, "Apakah ini upaya pendangkalan simbolisasi keislaman di Indonesia untuk menyeimbangkan dengan agama lain yang miskin simbolsasi?"
Share:

Semakin Parah Islamisasi Akting Sinetron/Film

Semakin Parah Islamisasi Akting Sinetron/Film

Semakin Parah Islamisasi Akting Sinetron/Film
Semakin Parah Islamisasi Akting Sinetron/Film - Saya tidak menjamin, ada sinetron/film yang "100% Islami" walau alur ceritanya sangat islami. Alur cerita mah, bisa dibuat sedemikian rupa tergantung keinginan sutradara dan bagaimana penulis naskah meraciknya. Namun yang jadi masalah adalah perjalanan pembuatan sinetron itulah yang perlu diperbaiki. Namun setidaknya, dengan mengislamisasi sinetron tidak terjadi "liberalisasi" terus-menerus sepanjang kemajuan (masa depan) zaman.

Sebagai contoh, salim (bahasa Buntet Pesantren: Sebah; Bahasa Indonesia: Salaman) anak dengan orang tua itu memang islami. Tapi lain ceritanya bila ini dikemas dalam sinetron, yang membutuhkan akting. Dalam dunia nyata, memang ini benar. Namun dalam dunia nyata aktifitas akting, ini yang menjadi masalah. Karena pemain yang menjadi anak dan orang tua belum tentu se-mahram (bukan muhrim karena muhrim artinya orang yang sedang ihrom).

Bila melihat cerita sinetron, rata-rata itu mengajarkan mengajak kebaikan dan menghindar keburukan. Ini yang sudah umum kita lihat. Dalam kasus ini, ini termasuk jenis sinetron yang islami walau tidak ada embel-embel ustad, ajaran agama, dll. Masalah ada berbagai kesalahan dalam memahami kebaikan, ini masalah pengetahuan si penulis. Dan, ini kan hanya "akting", salah atau benar, ya akting. Tinggal di awal-akhir cerita dituliskan, "Cerita Ini Hanya Fiktif Belaka".

Jadi yang perlu diperbaiki adalah hasil atau aktifitas dalam akting sinetron. Seperti jabat jangan, ciuman, tidur satu kamar, mandi, dll.

Masalah jenis sinetron, kan sekedar cerita fiksi? Misal, akting menjadi "Abu Jahal", sah-sah saja (mungkin) bila kita berakting seperti Abu Jahal. Cuma karena berkaitan dengan hati (tetap saja walau akting, alam bawah sadar tidak kenal akting atau beneran), maka jangan dibuat seperti cerita Abu Jahal sesungguhnya.

1. Akting Salaman:

Walau akting menjadi anak dan orang tua, kalau bukan se-mahram, ya tetap haram. Karena tidak mengenal akting atau beneran dalam hal sentuhan. Cuma, zaman sekarang serba canggih dalam membuat ilustrasi jabatan tangan. Bisa saja tidak ada sentuhan namun dikasih "sensor" yang bertuliskan "Tidak Sentuhan". Atau bagaimana lah bisa diatur.

Kalau sinetronnya-nya berjenis komedi, lebih mudah lagi. Tinggal ada kalimat lucu,

"Nak, cuma akting, tuh lihat kamera. Jangan sentuhan dong"

"Eh iya mamah, lupa. Gak jadi deh... Ya udah, salaman ama kameramen, haha..."


2. Akting Berbusana:

Ilmu akting sudah canggih lah, bisa membuat akting berganti busaha tetap bagus walau tanpa perlu memperlihatkan kebugilan. Rata-rata sinotron di Indonesia, tidak menampilkan 100% ke-bugil-an. Hanya memperlihatkan dada, kepala, betis. Nah, kalau di islami lagi, maka tentu akan lebih bisa lagi.

Dalam berbusana, tentu harus memakai jilbab semua bagi pemain wanita yang terlibat walau cerita tidak menonjolkan 100% Islami. Walau menceritakan tentang kehidupan biasa, tanpa embel-embel agama, tentu tetap bisa menggunakan jilbab alias menutup aurot. Si pemeran antagonis, tetap bisa menggunakan jilbab, apalagi yang prontagonis.

Desainer sekarang sudah maju-maju dalam membuat rancangan baju menutup aurot sesuai karakter si pemilik dan kondisi wilayah.

Walau demikian, agak sulit sepertinya bila masalah busana. Karena, ada perbedaan agama pemain dan cerita sinetron. Perlu mikir panjang agar bisa melakukan hal ini.

3. Akting tidur bareng

Teknologi per-film-an sudah canggih. Seorang yang berakting menjadi kembar saja bisa berhadap-hadapan  dengan berbeda posisi. Ini tandanya bisa juga untuk digunakan akting tidur bersama. Hasilnya mah tidur bersama, tetapi tidak. Namun akting tanpa tidur bersama bisa dan sudah banyak yang melakukannya.

4. Akting Mabuk

Dalam sinetron "Preman Pensiun", tidak mengajarkan tentang minuman "beralkohol" dan "mabok". Masak, sinetron yang islami menonjolkan akting mabok? Lampiaskan saja ke kafe atau bagaimana lah, sambil seperti berekresi seperti orang yang sedang kepusingan menghadapi masalah. Jadi, tidak perlu pergi ke diskotik.

5. Akting pacaran dan berzina.

Namanya juga sinetron yang islami, masak menceritakan tentang dunia pacaran dan perzinahan? Realita mah realita, banyak orang pacaran dan berzina. Cerita pacaran dan perzinahan dalam sinetron bisa diatasi dengan "status" atau "cap" saja.

Apa ada adegan dua orang dalam kamar berdua sambil telanjang bulat? Saya rasa, KPI tidak bisa menyetujui sinetron yang seperti ini. Apalag sinetron yang islami, masak kalah sama sinetron yang tidak islami?

---

Dan masih banyak lagi. Saya rasa, islami atau tidak dalam akting sinetron, bergantung si pemuat filmnya bagaimana. Bila yang mau membuat seorang yang sadar agama, tentu akan memperhatikan baik-baik dalam menjalankan akting.

Lalu bagaimana membuat penonton melejit karena kebanyakan sinetoron yang islami kurang diminati? TONJOLKAN KUALITAS CERITA DAN MARKETING!!! Sudah, orang lihat tuh karena ceritanya dan karena terpengaruh marketingnya.
Share:

Jangan Mengkaim Diri Paling Benar atau Benar??? Penting Ikut Khalifah Madzhab 4

Ucapan "Jangan Mengkaim Diri Paling Benar atau Benar" adalah ucapan yang sering didengar untuk (seolah) menetlarisir pertentangan. Namun apa kesimpulan dari ucapan itu? Kesimpulannya adalah "Semua itu benar". Lah, ketahuan sekali bahwa orang yang mengucapkan kalimat tadi pun sudah membuat "Klaim Pembenaran Baru". Tidak sadar ya? Belajar lagi deh (ucapan khas orang-orang menggoblokkan orang lain di sosial media dan lainnya).

Kebenaran Tepung + Kebenaran Telur + Kebenaran Syuran = Kebenaran Martabak Telur. Inilah kebenaran orang yang sering dengan mudah mengucapkan "Jangan Mengkaim Diri Paling Benar atau Benar"

Ahli Sunnah Wal Jama'ah cukup mentolerir dalam hal perbedaan, namun tidak kebablasan. Titik tekannya adalah, selagi berpedoman pada "4 Madzhab Besar", maka perbedaan itu dianggap benar. Namun bila perbedaannya itu atas nama "Anti Khalifah Madzhab 4", itu akan lain.

Contoh:
Madzhab Khalifah Malik: Tidak membaca basmalah dalam Fatehah
Madzhab Khalifah Safi'i: Wajib membaca basmalah dalam Fatehah

Keduanya sama-sama benar, karena masing-masing mengikuti imam (khalifah) madzhab. Walau kedua-duanya sama-sama benar, tidak benar berpindah-pindah dalam maksud "Mencari keringanan" tanpa hajat yang penting.

Namun berbeda bila seseorang tidak bermadzhab dari salah satu "4 Madzhab", bahkan menganggap bermadzhab adalah perbuatan bid'ah. Mereka yang tidak memakai madzhab, akan membuat hukum dengan sistem "Perbandingan Madzhab". Inilah, sumber "Klaim Pembenaran" yang membuat kebenaran lain dianggap salah sampai derajat "Bid'ah". Golongan anti madzab 4 inilah "kaum modernis".

Jadi akhirnya:
Tidak membaca basmalah dalam Fatehah: Sunnah
Wajib membaca basmalah dalam Fatehah: Bid'ah

Jadi ada dua:
- Ektrimis Pluralis Kebenaran (Liberal)
- Ektrimis Depluralis Kebenaran (Radikal)
Share:

Jurus Sapu Jagat - Mempelajari Ilmu Kebatinan Tingkat Tinggi

Buat apa sakti bisa memecah batu, mematahkan besi, dan bisa memukul jarak jauh, tapi tidak sakti dalam menghadapi "Fakta Kehidupan"? Fakta kehidupan adalah penuh dengan permasalahan-permasalahan yang dijadikan sebagai lawan tarung kita. Bukan fisik manusia yang sebagai lawan tarung! Melawan fisik manusia itu semudah membalikkan tangan, cukup dorong, gelapakan. Tapi yang sulit dilawan itu adalah dibalik fisik manusia itu sendiri: hati dan pikiran yang dipenuhi hawa nafsu.

Tragisnya, lawan terbesar yang ada dalam manusia itu dimiliki oleh kita sendiri. Kita melawan, berperang, bahkan sebagai "Jihad Akbar", ternyata melawan nafsu kita sendiri. Sesakti-saktinya "Limbad", pasti tidak akan dengan mudah melawan hawa nafsunya sendiri, kalau belum terlatih.

Untungnya, semakin bisa kita melawan hawa nafsu maka akan semakin "Digdaya", baik melawan nafsu atau melawan hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan fisik. Siapa sih yang bisa mengalahkan "Wali Allah"? Siapa coba? Tidak ada yang bisa mengalahkan wali Allah karena yang membela wali itu Allah itu sendiri. Siapa yang berani memusuhi Allah? Tidak akan ada yang berani memusuhi Allah.

Namun aneh, manusia itu takut dengan Allah, namun secara tidak langsung sedang melakukan hal-hal yang melawan dengan Allah, memusuhi Allah. Nah, keanehan inilah yang perlu diberantas, dibersihkan habis-habisan. Inilah jurus sapu jagat dari ilmu kebatinan.

Ilmu tasawuf bisa juga disebut ilmu kebatinan, ilmu kadigdayaan, ilmu yang untuk menyapu jagat dari kekotoran. Kalau orang ingin sakti lahir-batin, lakukan ilmu tasawuf. Memang ada ilmu hikmah untuk menguasai kadigdayaan. Namun ilmu hikmah masih sebatas ilmu untuk dunia, karena melakukan ibadah masih untuk kepentingan kesaktian, dll. Namun ilmu tasawuf, benar-benar ilmu untuk akhirat.

Pendidikan tasawuf adalah pendidikan untuk menyadari dengan sebenar-benarnya sadar bahwa kita ini hamba yang tidak punya apapun termasuk punya diri kita sendiri. Kita tidak punya kesaktian, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Kita ini makhluk yang "SANGAT BUTUH" Allah. Karena semuanya adalah milik Allah. Namun semakin kita menyadari kita ini hamba, semakin akan memiliki "Kadigdayaan".

Pendekar-pendekar di luar sana, yang katanya sakti, itu sakti hanya sekecil kuku. Ah, tidak ada apa-apanya bila untuk melawan ahli tasawuf yang sudah derajat "Hakekat", kekasih Allah.
Share:

Memulai dengan PDKT - Putuskan Dengan 'Nikah Yuk

Kalau mau jadi orang cerdas dalam memilih pasangan, lakukan pendekatan alias PDKT yang matang. Biar bisa menjawab, "Saya kan masih PDKT" kalau putus atau mau dimacem-macemin (recek, lecet, bengkak, nyesek). Kalau ternyata jodoh, "Ternyata, cukup PDKT, gak pakai acara dimacem-macemin".

"Nanti kalau ada yang ngerebut, bagaimana?"

Merebut apa? Merebut pacar kamu? Dia kan bukan pacar kamu. Kamu mengharapkan pacar atau istri?

"Aduh, tua banget mikirin nikah. Saya pacaran sekedar pengalaman saja!"

Nah, si dia yang kamu incar pun sekedar pengalaman dengan kamu. Kalau bosen dengan kamu dan ingin ganti yang lain, memang ada masalah?

"Tapi kan aku sudah cinta banget ama dia, sayang banget ama dia, dan aku berharap dia jadi pacar aku."

Lah, katanya sekedar pengalaman? Terus makna cinta itu seperti apa bila untuk pernikahan? Bukankah tidak selamanya hanya sekedar status pacar? Cinta apa nafsu? Yang namanya cinta, sayang, tidak ada makna yang berharga kecuali kata, "Nikah Yuk!" Kecuali kamu hanya sekedar menjalin pertemanan maka tidak masalah cinta tanpa pernikahan.

"Tapi aku kan sedang menjalani PDKT. Kalau sekedar PDKT, terus ujungnya bagaimana?"

Ujungnya tentu menikah. Memangnya tidak mau menikah dengan orang yang dicintai? Bohong sekali, mengaku cinta tapi tidak berani menikahinya.

"Aduh, saya masih fokus sekolah. Jangan tua banget lah pikirannya..."

"Fokus sekolah, kenapa kok mau pacaran? Bukankah sekedar PDKT, itu lebih bebas daripada status pacar?"

"Kan pengalaman..."

Nah, si dia yang kamu incar pun sekedar pengalaman dengan kamu. Kalau bosen dengan kamu dan ingin ganti yang lain, memang ada masalah?

"Tapi kan aku sudah cinta banget ama dia, sayang banget ama dia, dan aku berharap dia jadi pacar aku."

Lah, katanya sekedar pengalaman? Terus makna cinta itu seperti apa bila untuk pernikahan? Bukankah tidak selamanya hanya sekedar status pacar? Cinta apa nafsu? Yang namanya cinta, sayang, tidak ada makna yang berharga kecuali kata, "Nikah Yuk!" Kecuali kamu hanya sekedar menjalin pertemanan maka tidak masalah cinta tanpa pernikahan.

"Tapi aku kan sedang menjalani PDKT. Kalau sekedar PDKT, terus ujungnya bagaimana?"

Ujungnya tentu menikah. Memangnya tidak mau menikah dengan orang yang dicintai? Bohong sekali, mengaku cinta tapi tidak berani menikahinya.

"Aduh, saya masih fokus sekolah. Jangan tua banget lah pikirannya..."

"Fokus sekolah, kenapa kok mau pacaran? Bukankah sekedar PDKT... itu lebih bebas daripada status pacar?"

"Dibilang pengalaman... Gak paham-paham"
Share:

Pacaran Mendidik Jadi Keledai

Mereka yang menggeluti pacaran, apa sih yang dicari? Pasti hanya pengalaman-pengalaman pahit, sakit hati, dll. Putus lagi, cari lagi pacar seolah mencari cinta sejati. Sudah dapat cinta sejati, eh ada pemaksaan menikah sehingga gagal lagi. Cari lagi setelah sudah remek hati. Dapet pacar lagi yang cocok, putus lagi karena terlalu ini dan itulah. Berkali-kali gonta-ganti pacar sampai hati remek menjalani dunia pacaran. Namun, akhirnya menemukan jodoh tepat, saling-cinta. Nikmat dunia terasa ketika sudah menikah.

Mereka bercerita kepada anak-cucu tentang ketidakenakan pacaran agar anak-cucu berhati-hati dalam berpacaran. Seolah menjadi pahlawan cerita, mereka pun menjelaskan alasan kenapa sekarang menjadi tulang punggung keluarga - cerai - karena ternyata mereka klaim salah memilih pasangan (pacar) untuk menikah - setelah sudah berkali-kali, gonta-ganti pacar untuk pengenalan.

Lalu si anak-cucu pun merasa penasaran dengan dunia pacaran. Terjunlah dalam dunia pacaran. Dan menyadari ternyata pacaran ini penuh ketidakenakan, pahit, sakit hati. Akhirnya membentuk pengetahuan baru - yang sudah dialami kakek-neneknya - bahwa pacaran jangan hanya memilih pacar. Harus melihat bibit bobot bebet seseorang untuk dijadikan pacar. Nanti, seperti nasib keluarga teman si anak-cucu yang salah pilih mencari pacar, mereka menyesal menikah setelah sangat cocok dan saling cinta hasil pacaran.

Perkenalan lewat pacaran yang ironi!
Share:

Humanisme Khilafah, Bukan Anarkisme Khilafah - Jangan Munafik!

Sering sekali kalau melihat komplotan pegiat khilafah lebih mencerminkan "Anarkis" walau tidak seanarkis para preman yang rebutan kekuasaan lahan. Kecuali Ijis (Iblis Najis) yang sudah menunjukkan anarkis preman. Bahasanya pakai tanda seru lalu diakhiri takbir "Allahu Akbar!" seolah yang sebagai penjuang tauhid sejati adalah mereka. Nafsunya sendiri sebagai musuh mereka tidak diperangi. Padahal ada kaidah, "Lindungi dirimu dan keluargamu dari tempatnya nafsu jelek (neraka), sebagai jihad akbar"

Tetapi kalau sudah "Anarkisme", menurut KBBI, yang bermakna ajaran (paham) yg menentang setiap kekuatan negara; teori politik yg tidak menyukai adanya pemerintahan dan undang-undang. Maka komplotan pegiatan khilafah yang ada di Indonesia seperti memiliki ajaran "Anarkisme". Jelas, mereka menganggap bahwa Negara Indonesia adalah negara yang tidak sah. Padahal, menurut Ahlussunnah Wal Jama'ah, sistem pemerintahan di Indonesia sudah sah walau tidak berhukum syareat.

Lah, mereka licik, mereka merangkul madzhab Ahlussunnah Wal'jama'ah sebagai sumber pemasukan kekuatan mereka. tetapi sisi lain menolak keyakinan madzhab Ahlussunnah Wal'jama'ah. Jelas, ini otok preman, yang sering menggunakan cara licik. Lebih licik lagi, mereka tidak konsisten dengan ajaran mereka, yang kini mulai mencair dengan mengadakan trik "IKUT PEMILU".

Kewajiban kita dalam menegakkan syareat dan lebih besar adalah khilafah adalah sebuah kewajiban yang seperti menegakkan syareat di tengah keluarga kita. Dengan cara humanis dan tidak anarkis. Dan memang tugas kita sebagai kaum yang tidak punya kekuasaan adalah berjuang untuk diri dan keluarga. Urusan dalem-dalem yang berkaitan sosial-politik, itu bagi yang mampu masuk dalam wilayah tersebut dan cara perjuangannya pun bukan dengan bentuk anarkisme.
Share:

Anak Genk Belagu, Gertak Saja! Ciut!

Kekuatan preman (lebih tepat anak genk) itu berjama'ah, dan memang segala macam kekuatan fisik akan semakin kuat kalau berjama'ah. Walau si preman itu krempeng-krempeng (kurus) doyan nyimeng, tetap saja beraninya setengah mampus menghadapi satu orang yang berotot. Namun ketika si individu preman itu sedang sendirian atau memakai kekuatan sendiri, dia itu ciut ketika melihat fisik agak berotot sedikit. Liciknya, preman bisa menggunakan taktik jahat yang membuat leluasa dan orang baik tidak bisa membuat taktik jahat yang membuat tidak leluasa. Beraninya si preman karena berani melanggar aturan hukum.

Saya sangat lucu waktu mendengarkan cerita-cerita teman kampus yang katanya anak preman, lebih tepatnya anak genk, yang menceritakan kegiatan dirinya yang suka tawuran, sok menjadi pahlawan, dll tentang kegiatan konyol anak genk brandal. Kenapa lucu? badan loyo dan culun saja sok cerita kebanggaan2 menjadi jagoan gila.

Nih, sikap menghadapi si anak genk yang resek, tanpa basah-basih langsung sikat:

"Dikira saya tuan rumah yang belagu di sekolah SMA, dan dia (santri) berani berkata, 'Jangan mentang-mentang orang sini', dikira saya belagu padahal dia yang belagu. Kebetulan ada dua kejadian. Yang pertama tanpa basah-basih, saya jepit lehernya, gak bisa nafas. Pada kejadian kedua, langsung tanpa basah-basih berkata , "Mau ente apa? Nanti hadapi saya saat pulang sekolah.' ketika bertemu, langsung saya berkata sambil mendorong, dan berrrrr.... dia gelapakan mundur kebelakang hampir jatuh. Selesai tanpa perlawanan"

"Ketika saya sedang duduk, waktu SMA kelas 3, tiba-tiba ada si anak genk menyentuh (keras) kepala saya. Mentang-mentang saya sedang loyo karena ada masalah fisik, dia berani menantang. Dikira saya diem saja ketika itu. Langsung saya dorong habis-habisan tanpa suara dan basah-basi fisik. Andai pernafasan saya kuat menghajar, bakalan bonyok habis-habisan."

"Saat kuliah ketemu lagi sama orang-orang genk resek, yang suka mengusik ketenangan orang lain. Langsung saya dorong kursi saat menghadapi dia. Hampir saja kursi mental jauh namun terhalang. Dan ujung-ujungnya ciut juga."

Dan masih ada lagi menghadapi orang-orang resek, sekali gertak bisa jadi ciut.

Jadi, sikap individu si anak genk tidak ada apa-apanya. Menjadi kuat ketika memang terjalin kesatuan kekuatan. Namun perlu mengukur nilai kekuatan dan keberanian, tentunya. Langsung saja LAWAN TANPA BASAH-BASIH!
Share:

Tradisi Budaya Islam Nusantara Versi Aswaja

Apa itu budaya dan apa itu tradisi? Agar tidak terjadi "Liberalisasi Makna", maka saya berujuk pada kamus bahasa Indonesia sebagai bukti "Cinta Tanah Air" Indonesia dan tidak paham bahasa Inggris karena saya tidak "Cinta Bara-T". Pakai bahasa Arab? Bahasa Arab tidak mesti Islam tapi Islam pasti serba bahasa Arab. Jadi saya "Cinta Islam" bukan "Cinta T-Arab. Sebuah kalimat permainan teka-teki :-)

Budaya:
1. pikiran; akal budi: hasil --;
2. adat istiadat: menyelidiki bahasa dan --;
3. Sesuatu mengenai kebudayaan yg sudah berkembang (beradab, maju): jiwa yg --;

Tradisi:
1. adat kebiasaan turun-temurun (dr nenek moyang) yg masih dijalankan dl masyarakat;
2. penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yg telah ada merupakan yg paling baik dan benar: perayaan hari besar agama itu janganlah hanya merupakan -- , haruslah dihayati maknanya;

Nah, bisa disimpulkan bahwa tradisi adalah "pergerakan" dan budaya adalah "kendaraan". Paham? Bila kita mentradisikan budaya maknanya adalah menggerakkan kendaraan. Ada budaya fisik dan ada budaya non fisik.

Jadi, apa makna Tradisi Budaya Islam Nusantara? Maknanya adalah menggerakkan kendaraan keislaman yang ada di Indonesia, ciri khas Indonesia walau bukan (mengutip musik dangdut) asli 100% Indonesia.

Di sinilah ada dua versi Islam Nusantara.

Ada versi Aswaja (Ahlussunnah Wal Jama'ah) yang memiliki konsep yang jelas dalam hal kebenaran Islam Nusantara dengan panduan madzhab-madzhab Aswaja yang sudah terkenal sampai ke wilayah Indonesia. Versi Aswaja adalah mengislamkan dalam budaya Indonesia bukan mem-budayaindonesia-kan dalam Islam.

Ada versi liberal yang tidak jelas konsep Islam Nusantara, karena sifat liberalisme adalah memang ketidakjelasan (relatif) demi menuju titik "pluralis". Karena menurut mereka, tidak ada "Hukum Islam" yang ada adalah "Nilai Islam". Sehingga muncullah Islam Nusantara alias Islam Indonesia versi liberal.


Tradisi Islam Nusantara Versi Aswaja - Selayang Pandang Nisfu Sya'ban

Ternyata, Islam mengajarkan "Spesialisasi Waktu Amaliah". Nisfu Sya'ban adalah sebagai salah satu bukti "Spesialisasi Waktu Amaliah". Walau demikian, jangan "menspesialkan" amaliah di waktu tertentu (Nisfu Sya'ban) dan mengabaikan waktu yang lain karena waktu spesial tadi. Makna "Spesialisasi Waktu Amaliah" adalah sebuah upaya "Penguat Ketakwaan" bukan malah "Pengendoran Ketakwaan".

Dari nilai (salah satu) Nisfu Sya'ban inilah, muncullah tradisi-tradisi Islam Nusantara alias Islam Indonesia. Berikut beberapa tradsi waktu spesial dan tradisi simbolisasi di waktu spesial khas Islam Nusantara yang berpedoman Ahlussunnah Wal Jama'ah:

Tradisi Waktu Spesial:
- Tradisi Nisfu Sya'banan: biasanya membaca yasin 3 kali. Berdoa untuk mati Iman-Islam, Panjang Umur dan Kesehatan.
- Tradisi Muludan: Biasanya membaca solawat Nabi dalam bentuk syair, membaca sejarah Nabi, dan berbagi sedekah berkat (berkah).
- Tradisi Rajaban: Biasanya mengkaji tentang Isro Mi'roj dan berbagi sedekah berkat (berkah)
- Tradisi Takbir Berjamaah Atau Keliling Berjama'ah: Biasanya menghimpun jama'ah untuk mengadakan takbiran di saat dua hari raya: idul fitri dan adha.
- Dll, masih banyak lagi

Tradisi Simbolisasi Waktu Spesial:
- Siram Pengantin: Mengadakan pengajian untuk air siram pengantin, di kasih bunga untuk aroma terapi, dan memandikan sang calon pengantin sesuai syareat.
- Ngupati: membuat ketupat di bulan ke empat sebagai simbolisasi doa dan rasa syukur.
- Ngelolosi: sedekah bubur lolos (atau simbol licin seperti minyak), sedekah meminyaki rambut anak-anak, sebagai simbolisasi doa dan bersyukur.
- Dll, masih banyak lagi.
Share:

Bukan Terapi Tertawa, Tapi Terapi Menangis

Banyak sekali hadist Nabi SAW yang menyatakan tertawa bisa menyebabkan bahaya, bisa membuat hati keras, bisa dianggap meludahi ilmu, dan sebagainya. Tentu, tidak semua tertawa bisa menyebabkan bahaya. Lah, bagaimana judulnya bila ada "terapi tertawa"? Tentu akan mengalami yang namanya tertawa yang disengaja, yang bisa jadi justru mengalami volume dan jumlah tertawa yang berlebihan. Kalau pun tidak dalam standar berlebihan, ya buat apa melakukan teori tertawa?

Padahal ada kaidah "Perbanyak menangis dan jangan perbanyak tertawa". Kaidah ini sebagai kaidah dasar dalam terapi kesehatan lewat menangis yang ditinjau dalam segi keislaman. Sekarang, coba melakukan kegiatan menangis dan terawa selama satu menit. Coba bandingkan, lebih segar tertawa atau menangis?

Setelah saya menguji-coba, ternyata saya merasakan bahwa lebih segar melakukan kegiatan menangis daripada tertawa walau saya mencoba dalam waktu yang sebentar. Kalau saya melakukan terapi tertawa dan menangis, akan mengalami ketegangan otot. Ternyata, efek dari ketegangannya berbeda. Tentu, ketegangan ini akan berpengaruh terhadap perasaan dan pikiran.


Study Kasus:
Si Rojul, Si Fulan dan Si Rijal sama-sama memiliki masalah besar yang cukup menggangu pikiran dan perasaan. Si Rojul memaksakan diri untuk tetap tertawa walau memiliki masalah besar. Berbeda dengan Si Fulan yang bereaksi menangis karena masalahnya. Namun untuk Si Rijal, tetap memenangkan pikiran seolah-olah tidak memiliki masalah besar.


Kadar Gelombang Pikiran:
1. Si Rojul: Tetap dalam kondisi gelombang Bheta (Tertawa) untuk mengatasi gelombang Bheta (Masalah)
2. Si Fulan: Berusaha untuk menurunkan gelombang Bheta (Masalah) namun tidak sanggup karena gelombang Bheta(Masalah) terlalu besar.
3. Si Rijal: Berusaha untuk menurunkan gelombang Bheta (Masalah) namun sanggup melakukannya karena memang sudah terbiasa.


Efek Samping:
1. Si Rojul: berusaha mengatasi masalah dengan menambah aktifitas pikiran yaitu melakukan tertawa, bergembira riang, walau hati sedang dalam masalah. Justru, akar masalah tidak sedang diatasi, yaitu masalah hati. Ketika tertawa dipaksakan di saat hati sedang dalam kondisi bermasalah, justru akan menambah beban hati. Tentu ini berbahaya karena mengalami kontradiksi. Itulah sebabnya, kenapa para komedian tidak menjamin bahagia.

2. Si Fulan: karena tidak sanggup dengan masalah besar yang dihadapi, membuat pikiran kacau-balau. Namun apa daya karena tidak bisa menenangkan pikiran, sehingga timbullah reaksi menangis atau bersedih saja. Reaksi sedih atau menangis adalah "Pertolongan Pertama" untuk orang-orang yang bermasalah. Perasaan sedih tidak kontradiksi dengan kenyataan yang sedang dialami.

Itulah sebabnya, ketika menghadapi orang punya masalah, jangan disuruh "Tertawa", tetapi menyuruh menumpahkan tangisan kalau memang mau menangis.

3. Si Rijal: Menghadapi gelombang Behta (Masalah) bukan dengan menambah gelombang Behta. Justru harus berusaha tenang menuju kondisi Alfa-Theta. Karena efeknya akan mengurangi beban dalam hati walau masalah yang sedang dihadapi belum juga hilang. Dengan ketenangan pikiran, tidak sedih dan juga tidak tertawa, maka pintu-pintu solusi akan keluar.

Itulah sebabnya, kalau terjadi masalah yang menyebabkan bertengkar, jangan dilanjutkan, tetapi dihentikan dan mencoba untuk saling memenangkan pikiran.


Fungsi Terapi Menangis:
Tentu, terapi menangis adalah salah satunya sebagai pertolongan pertama bagi orang-orang yang memiliki masalah besar namun tidak bisa menenangkan pikiran dan membahagiakan hati. Lakukan menangis atau reaksi perasaan sedih dengan maksud untuk menghilangkan ketikdaenakan dalam hati bukan untuk "meratapi". Reaksi menangis boleh, namun sekedar menghilangkan ketidakenakan. Karena, ada masalah atau tidak, hati harus tetap dalam keadaan "enak".

Fungsi lain terapi menangis adalah "Penjebol" hati yang keras dan hal yang negatf lainnya. Mengobati hati sombong, dengki, iri, susah dinasehati, rajin bermaksiat, dll, bisa dilakukan dengan terapi menangis dengan mengimajinasikan sesuatu yang membuat sedih akibat keburukan dirinya.
Share:

Al-Qur'an Besifat Terbuka, Namun Ini Zaman Buka-Buka'an, Jadi?

Nanti dulu, sebelum menafsirkan Al-Qur'an sesuai konteks zaman, artikan dulu dan perhatikan dulu "Zaman itu buatan siapa dalam konteks kemakhlukan?" "Zaman yang seperti apa?" dan "Apa saja jenis zaman yang ada di zaman sekarang?". Sekarang zamannya "Buka-bukaan", apakah harus berganti hukum "Jilbab tidak wajib?" Nanti kalau zamannya tertutup, apakah mau mengganti "Jilbab itu wajib?" Hayo...

Terjadinya zaman buka-bukaan itu ulah siapa? Bukankah ini ulah orang yang tidak memiliki ajaran tentang menutup aurot? Lalu kalangan muslim meniru gaya seperti orang tersebut? Apakah penafsrian Al-Qur'an akan mengikuti konteks zaman yang seperti ini? Jelas, dungu sekali otak menus jenis ini.

Kalau pun memang mengikuti konteks zaman, apakah ada kesatuan jenis zaman? Di Indonesia sebelah sana mungkin membudaya buka-bukaan namun belum tentu di Indonesia sebelah sini yang justru menentang budaya buka-bukaan.

Di Indonesia sedang marak budaya "Hijabisasi" kok, kalau kita mau jujur menafsirkan dalam konteks zaman sesuai zaman yang ada di Indonesa. Di Indonesia juga sedang marak "Aktifitas Online" yang lebih bisa membudidayakan "Produktifitas Perumahan" untuk para wanita.

Lah, konteks zaman yang seperti ini kenapa tidak menjadi hal utama dalam penafsiran dan lebih memilih budaya "Barat" sebagai simbol nyata "Anti Arab"? Kenapa ini, konteks zaman tidak terpakai untuk penafsiran Al-Qur'an yang bersifat terbuka (namun tidak bebas orang membuka)? Jangan-jangan benar adanya, "Munafikun".
Share:

Pendidikan Sistem Jadul - Lulusan SMA Bakal Mandul

Sistem pendidikan di Indonesia itu selau meributkan pergantian kurikulum dan lainnya yang berkaitan dengan sistem belajar-mengajar. Tapi lupa, tidak banyak perubahan materi dari yang tersifat teoritik ke bersifat praktik. Membangun skill itu sulit dan bisa mahal, bukan mainan! Bila mau menguasai dunia bahasa dan sastra, harus punya kumputer dan lainnya. Begitu juga bila mau menguasai ilmu-ilmu lainya. Kalau pengeluaran hanya difokuskan untuk hal-hal yang tidak penting, haduh bakal akan menelantarkan hal-hal yang dianggap penting.

Saya ingin bertanya kepada lulusan SMA, "Ilmu sekolah ente buat apa?" Ini, pertanyaan ini rata-rata tidak terjawab dengan baik oleh lulusan SMA yang lebih ke arah produktifitas keilmuan. Padahal sudah selama 12 tahun belajar ilmu "ini ono" eh ujung-ujungnya "kucrut", bekhkh.

Di situ ada Ilmu bahasa dan sastra, maka berpotensi membangun novelis. Di situ ada ilmu fisika, maka akan menghasilkan pakar elektro dan mekanik. Di situ ada ilmu geografi, yang akan menghasilkan pakar arsitek dan pembangunan. Dan masih banyak lagi...

Manajemen tentang pembangunan skill kurang diperhatikan, padahal ini era online yang berpotensi menghasilkan berbagai informasi yang berkaitan dengan skill yang dibutuhkan. Karena tidak ada perhatian, siswa pun akan kesulitan mendalami informasi yang tesebar di internet. Lah, masih saja ribut memikirkan pergantian sistem belajar-mengajar.
Share:

Ta'afullan Nisfu Sya'ban - Tradisi Dakwah Islam Nusantara

Apa sih maksud Islam Nusantara? Jangan berkata "Madzhab Nusantara", karena nanti melepas diri dari madzhab yang sudah populer dan mengklaim berganti dengan madzhab khas Nusantara. Madzhab Nusantara ini produknya orang "Liberal" karena memang orang liberal gaya politiknya melakukan teknik "Penyamaran" identitas. Madzhab Nusantara namun lebih ke Madzhab Western, anti Arab (katanya, jilbab itu budaya Arab, dll).

Maksud Islam Nusantara ya seperti yang sudah mendtradisi dari masa ke masa, menghasilkan berbagai bentuk budaya keislaman khas lokal yang berbeda-beda, namun dalam standar Madzhab Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah. Sumber budaya keislaman yang sudah mendradisi khas lokal adalah salah satunya berbentuk "Ta'afullan". Banyak sekali ta'afullan khas Islam Nusantara seperti Siram Pengantin, Ngelolosi (7 bulan kelahiran), Ngupati (4 bulan kehamilan), Ngrujaki (Siram 7 bulan kelahiran di awal kehamilan saja), Turun Tanah (Saat anak mau berjalan), dll.

Ta'afullan adalah bentuk doa yang disimbolkan dengan sesuatu dengan maksud tertentu. Ta'afullan memang bersumber dari ajaran Nabi SAW karena Nabi SAW sendiri pernah melakukan ta'affulan seperti "Siram Pengantin", gonta-ganti posisi sorban. Sekarang pun di Indonesia subur mentradisikan "Siram Pengantin" walau caranya banyak yang tidak bener seperti membuka aurot. Ini jenis ta'afullan yang sudah menjadi "Tradisi Nusantara". Apakah ini harus berkata, "Ini tradisi murni lokal"? Tidak, ini tradisi dari Arab yang sudah mentradisi di lokal.

Terlepas di atas, teringat tradisi waktu masih kecil ketika menjelang malam Nisfu Sya'ban. Ketika itu, banyak sekali anak-anak kecil yang berburu sumur ketika mau memasuki waktu maghrib. Tujuan meminum air yang katanya sedang menjadi "Air Zamzam" agar mendapat berkah Nisfu Sya'ban. Jelas, air sumur menjadi air zamzam hanya mitos saja. Tujuan utama dari "Ta'afulan" minum air sumur adalah mengharapkan agar "dibersihkan jiwa-raga" memasuki Nisfu Sya'ban". Tentu, dengan cara ini anak-anak akan mengerti tentang Nisfu Sya'ban dengan cara dakwah yang unik khas Islam Nusantara.

Sekarang, tradisi "Minum Air Zamzam Sumur" itu hilang karena sudah banyak yang memakai sanyo, hehe. Tentunya nilai kebersamaan anak-anak kecil memaknai Islam itu pudar. Namun tidak masalah, karena inti utama adalah mengenalkan dan menghayati makna Nisfu Sya'ban.

Kalau orang dulu cara dakwahnya hanya sekedar ceramah, saya tidak tahu bagaimana ketertarikan orang non Muslim dahulu kepada Islam. Namun faktanya adalah para ulama dulu, Wali Songo, selalu mempoulerkan simbolisasi-smbolisasi (ta'afullan) keislaman khas lokal untuk menarik perhatian pada Islam.
Share:

Kepada Wanita Karir

"Kepada Wanita Karir: Maukah Kamu Yang Bekerja, Pria Jadi Bapak Rumah Tangga?"

Bukan bermaksud melarang wanita kerja, cuma ini zaman persaingan, dimana sudah penuh wanita bekerja sampai lowongan kerja untuk pria malah tersaingi (dugaan saja, mengingat 1:10 untuk jumlah wanita). Sampai masing-masing sudah hidup mapan, tetap saja salah satu tidak ada yang mengalah untuk tidak bekerja dan fokus dalam bekerja mengurus rumah tangga. Mengorbankan keluarga demi uang, katanya... Bagaimana mau mengalah, gaji sudah enjoy di saat sulitnya mencari kerja dan perjuangan belajar kerja.

Maka saya mengajukkan pertanyaan, "Maukah Kamu Yang Bekerja, Pria Jadi Bapak Rumah Tangga?"

Saya yakin sebagian besar wanita karir akan berpikir ulang untuk menetukan persetujuan. Dulu, alasan wanita bekerja karena wanita juga punya hak bekerja. wanita boleh bekerja. Mereka sampai berkata, "pria jangan egois, main enak sendiri, wanita juga berhak bekerja jadi jangan ngelarang-ngelarang.

Ya sudah sekarang, pria mengalah untuk tidak bekerja dan fokus mengurus rumah tangga. Pria dengan senang hati menerima asal jangan ada kata "Pria wajib juga menafkahi keluarga". Pria menjadi rumah tangga jangan pula dibebani tentang pemenuhan finansial. Kalau pun pria mencari uang, lewat dunia online, adalah bentuk suka-suka sebagai bukti, "Ngapain kerja di luar? Kerja di rumah saja jadi jutawan". Kalau pun wajib menafkahi, oke lah, tetapi wanita harus juga siap berkorban mengeluarkan modal untuk kepentingan membangun lapangan pekerjaan sendiri.
Share:

Penulis, Bukan Berarti Mahir Menulis - Rahasia Sang Blogger

Kegiatan bangun blog tidak hanya sekedar menulis, namun harus cepat dalam menulis. Kenapa? Ya, memang fakta bahwa dunia blogging saja sudah terjadi "persaingan ketat" sesuai kata kunci blog yang menjadi target. Seorang blogger harus mampu minimal menulis satu artikel per hari dengan panjang 500+. Dalam satu tahun akan menghasilkan artikel minimal 350 artikel. Bila sudah 300+ artikel, itu artinya potensi menghasilkan trafik berlimpah bisa terjadi, asal semua artikel sesuai standar SEO.

Bila sudah membuat blog utama, buat blog jaringan yang tentunya akan menguras tenaga mengetik, menulis menjadi pekerjaan melelahkan. Walau saya punya trik rahasianya agar tidak perlu lelah-payah menulis, ehehe...

Kalau membuat artikel blog sistem lambat, saya rasa ini kelasnya kaum yang bermodal gede. Karena, bermain iklan berbayar sudah mengasilkan trafik puluhan bahkan ratusan dalam sehari walau isi artikenya cuma di bawah sepuluh dengan kualitas yang bagus.

Sudah menulis sistem lambat, desain blog dan artikel blognya tidak sesuai standar SEO, tidak bermain modal untuk iklan, bagaimana bisa bersaing dengan blog lain?

Nah, dari kegiatan blogging, bisa dapat dinilai, "bagaimana kemahiran penulis dalam menulis? Untuk melatih kemahiran penulis dalam menulis, teknik yang ampuh untuk dilakukan adalah teknik "Rewrite". Namun harus paham, mana tulisan yang jelas penulisnya dan mana tulisan yang hasil kerja penulis admin yang tidak tercantumkan namanya. Teknik rewrite memang ada makna menjiplak (walau secra SEO,tidak masalah), namun sebisa mungkin harus dirubah 80% sampai benar-benar asli karya sendiri. Kalaupun harus menyertakan referensi, sertakan saja di akhir tulisan.
Share:

Entri Populer

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.